Minggu, 16 Oktober 2011

DIA








Dikelembutan DIA tak kehilangan keagungan
Dia selalu memenuhi Arsy
Diselaksa ruang jagat maya
Atau di pojok-pojok ringkih hati hamba
Kau,........
Bisa menemukannya di kerlip gemintang
Diwajah - wajah bersih pemujanya
Di altar-altar suci
Di sederet lantunan kalamNya
Atau digemuruh murka Alam,
Kau,.......
hanya perlu membeningkan hati

Selasa, 11 Oktober 2011




Siapa yang tak tebutakan kecantikan yang menyilaukan,
Siapa yang tak terpenatkan oleh harapan tak tergapaikan,
siapa tak meradang tatkala cintanya terbanting kejurang,
Kemudian,
ditimpa selaksa batu karang,
Dalam kebutaan
luruh seluruh sendi tulang
asa-pun terembus angin,
melayang
sisa nafas.............
hanyalah,
pasrah
LEMAH !!!
tiada lagi gundah
apalagi amarah
berharap SANG PENCINTA
menyapa,......
krimkan bidadari dari sorga
yang penuh kasih suci
sejati...........
membalut luka disekujur urat nadi,
Dan Bidadari itu,........
Bisa ku sebut ISTERI

medio Desember '99 ( antology Setangkup Cinta Selaksa Bara )
DEWA TAKDIR YUNANI

TAKDIR

Aku terbiasa menghujat takdir
memaki keadaan
teriaku serak
aku selalu berontak
Kupikir,...... nirwana akan porak poranda
namun nyatanya,
bahkan semilir anginpun tak bergeming
bulir airpun senantiasa menuju hilir
Tak kuasa kurubah jangka
Tak mampu kutundukkan takdir
Tapi,...
aku akan mampu merubah diriku
untuk menerimanya,
menari bersama
dalam alunan iramanya
Hanya kumohon,
Tuhan,
Berilah pendamping langkah
Untuk menyelami Alunan Takdir yang penuh hikmah
dari seorang wanita,
Yang sanggup Mencinta.

11 jan '99 (antology SETANGKUP CINTA SELAKSA BARA)

ANNAPALIS JAVANICA (EDELLWEISS 1)

Kabut makin dalam memagut
dipuncak giri nglangut
tapak kaki beku dibuai padang rumput
beku,
Edellweis bergoyang pelan
... diselimut angin muram
gerimis turun diam-diam
basah,
tak lagi kau perlambang cinta sejati,
karena kau tak memiliki wangi
juga warna yang tak menarik hati
Edelweiss........
hanya lambang beratnya perjuangan
menapak jalan panjang
untuk memandang,
bulir-bulir embun yang berlinang
dipucuk pucuk kembang,
Di atap keangkuhan pegunungan
kau tumbuh dalam keterasingan
aku rebah,
dipagut lelah
dengan mata membasah,
karena hatiku berdarah

Puncak Argosari (B29) 06 Maret 1995

Cari Blog Ini